Selasa, 06 November 2012

Dakka selaluku bertanya ?

Dalam kehidupan serba modern dan sangat borjuis, kita terkadang melihat potret kehidupan sebagian besar masyarakat yg terpinggirkan, mereka tidak punya pilihan, apalagi bicara masa depan, semua hanya ilusi. Aku sampai di Dakka (Banglades) dengan  MAS pesawat  yang berangkat dari Kuala lumpur. Sampainya sudah agak malam, cari taxi sudah agak susah, agak lama baru dapat orang yang mau mengantar kita ke hotel. Dia bilang, saya tau, dia bawa kita keliling kota, tapi tetap aja tidak sampai ke tujuan. Dia tanya kiri kanan, orang bilang, ahhh lurus baru kanan dan ke kiri terus sampai ada stasiun bus, pergi lagi mutar2 hotel tidak ketemu tapi orang ber jubel, saling desak mendesak, kadang seperti orang berantam, tidak ada perempuan, semua laki2, kalau ada hanya pengamen.
     Dia tidak perduli laki2 merasa jijik melihatnya, kadang sengaja meludah didepannya, sudah lama kami mutar2, keliling kota, hotel yang kami cari tetap tidak ketemu. Sekarang sudah mulai pagi, tapi kami sudah keliling melihat kota yang sangat kotor ini dan kebetulan musim hujan, tidak meringankan kemiskinan penghuni kota Dakka, harus banting tulang kalau mau sesuap nasi .
     Tiba2 kami tukar pikiran, mari kita keluar dari kota ini, aku bilang ama sopir taxi, kami diantar aja ke stsiun bus. Duh illah dia tidak tau dimana stasiun, ternyata dia buta huruf, tapi bawa taxi. Tiba2 ada bus tourist berhenti dekat kami, kelihatan bersih. Aku turun tanya kemana tujuan nya, dia bilang Syle kota agak ke utara dekat perbatasan india. Saya tanya "ada tempat?" ada katanya. Yah masih ada tapi agak di belakang, kami tinggalkan taxi sesudah bayar, kasihan juga semalaman mutar2. 
     Kami berangkat, lama juga perjalanan, kita bisa lihat kampung2 yang banjir, rumah2 yang hampir tidak kelihatan,yg ada hanya atapnya, dalam hati aku bertanya, dimana penghuni rumah itu ?. Selamat kah dia? Banyak tanda tanya yang tidak ada jawaban, bus berhenti makan, siapa yang mau makan ada restorant seperti di indonesia, bisa ke toilet, 20 min, makan roti dengan aqua cukup bagi saya, kapok makan yang pedas, perut sudah tidak mau tau.
     Tetanggaku sebelah kiri senang kelihatannya dengarin musik, mereka berdua saling bicara mana yang paling bagus, aku sendiri tidak mengerti bahasanya. Sudah jam  5 sore berarti kami sudah mau sampai di tempat tujuan, semua siap2 untuk turun, karena kami belum ada hotel, aku minta kondekturnya, kalau dia ada recommen, dia kasih nama2 hotel, semua depan sudah turun tapi yang satu ini masih tidur, temannya goyang2, tidak ada jawaban, karena dia tertidur untuk se lama2nya Kami tidak tau mau melanjutkan perjalanan kemana, dia masih dengarin musik  kemudian tertidur ,mukanya di tutupi cascetnya, tau2nya sudah tidak bernafas lagi. Dia mungkin berobat ke Dakka?  terus aja hanya tanda tanya, tidak ada jawaban.mungkin dia pulang libur karena sudah terima gaji ? berakhir disini, Bangladesih bukan untuk ku sepertinya hanya laki2 penghuninya .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar