Minggu, 16 Juni 2013

Berkotbah melalui telphon publik.

Rismon mau mengucapkan selamat tahun baru sama ibunya yang tinggal sebatang kara di kampung kelahirannya.Dia sudah berjanji sama ibunya biar dia tunggu di rumah tetangga,jam 10 malam , orang kaya yang punya telp rumah. Seperti biasanya Rismon berangkat dari tempatnya, menuju telp publik, yahhh ampun..... kok banyak bangat yang antri???, dia bergabung, antrian makin panjang, kok orang yang didalam  lama bangat nih ?. Orang masih pada nunggu, tiba2  kedengaran yg telp. bernyanyi :"haleluya ..haleluya,haleluya ..". 
     Semua yg antri kaget mendengar, ternyata pendeta yang memberikan kotbah via telp, karena dia lari dari kampung, karena perbedaan pendapat saat pemilihan ephorus ( pemimpin Pusat gereja). Pendeta ini lari ke jawa, tapi untuk tahun baru, dia suruh keluarganya berkumpul dirumahnya dan memberi corong besar dekat telpon, biar semua orang sekampung bisa mendengar.
     Pendeta itu ternyata tetangga sekampung dengan Rismon dimana ibunya asyik menunggu telpon dari anaknya. Rismon pulang, merasa malu, karena pendeta itu dia kenal, hatinya kesal, dia pulang , orang yang antri, tidak ada yang marah waktu itu, mereka hanya tertawa. "mungkin dia sudah gila berkotbah via telp publik" kata mereka.
     Tahun baru sudah menanti, kita  saling memaafkan katanya. Kotbah pendeta makin seru, seperti di gereja, dia buka pintu karena dia kepanasan .Yang antri jadinya pulang semua, pendeta sadar, dia malu sendiri, dia tutup telp, malam tahun baru jadi sepi, seperti hatinya, hidup sebatang kara, jauh dari sanak saudara. Dulu dia seperti dewa, karena pendeta dianggap wakil Tuhan yang dilihat oleh penduduk desa ?. Ini terjadi 20 tahun yang lalu, tidak seperti sekarang semua punya Hp.Fin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar