Kamis, 14 Maret 2013

Omp. Lambok dengan Tapian Sihobuk.

     Di sebuah desa ada mata air yang jernih  keluar dari celah2 batu. Dulu semua orang kampung mengambil air minum dari situ, dan selalu dibersihkan, biar airnya tetap jernih. Tapi ada keajaiban yg susah diterima akal sehat, yaitu dalam musim kemarau separah apapun, sumber air ini tidak pernah kering. 
     Tapi kalau ada orang dari kampung  yang mau meninggal, airnya akan berhenti mengalir, di cari celah, siapa tau bocor dari samping ?, tidak pernah ketemu, kadang di bongkar sampai kedasarnya, siapa tau mengalir dari bawah ?, tetap tidak ada. Tapi sesudah orang yang  sakit meninggal,  mata air kembali seperti biasa mengalir sampai tumpah ruah. 
     Kami merasa tidak percaya, suatu saat kami sekeluarga pulang dan kebetulan ada teman anak perempuan kami yang lupa bawa obat, amandelnya kambuh, ibuku menyuruh dia  minum air itu dan sekalian mandi, byurrrr dinginnya sampai 13%c,pulang dari sana dia sembuh untuk seterusnya . 
      Kemudian suamiku, berangkat dari Swiss, bahunya sakit, hampir tidak bisa di angkat, begitu sampai di kampung, dia langsung mandi, eeeh... tiba2 bahunya sudah baikan. Apa keistimewaan  air ini ?, sampai sekarang kami masih penuh tanda tanya. Biarpun dingin kami selalu menyempatkan diri untuk mandi disana bila mampir. 
     Lama kelamaan penghuni desa mulai menyusut karena berpindah tempat atau pergi merantau ke tempat yang lebih datar, tinggallah Kel. Omp Lambok sendiri dengan anak2nya. Mereka punya anak sebelas orang, 4 laki2 dan 7 perempuan. Akulah adalah anak yang paling besar yg hidup, karena anak pertama sudah meninggal saat usia 6 bulan katanya. 
     Orang batak selalu mengutamakan laki2 karena penerus garis keturunan, waktu saya lahir, si Ompung sudah uring2an, "istrimu hanya bisa melahirkan perempuan", katanya. Untung si bapa bilang "itu urusanku", aku baru punya anak satu.
    Sewaktu aku dilahirkan katanya tidak pecah ketubanya, mungkin karena terlalu kecil, cuma sebesar botol, jadi aku terbungkus, dikira bukan manusia. Yang menolong untuk melahirkan biasanya dikampung adalah perempuan yang lebih tua, kadang ada Sibaso(perempuan yang kerjanya menolong yang melahirkan). Ternyata sesudah dibuka ?... Ini lah akuuuu, kubilang sama mereka yang sedang gulau. 
     Ketika aku berumur dua tahun ibuku melahirkan anak lagi, sehingga aku punya adek laki2, wah..  ompungku senangnya minta ampun, begitu tau yg lahir cucu laki2, dia tangkap ayam jagonya untuk dipotong. Sekarang saya berfikir : mengapa yaa...yg selalu diutamakan laki2 ? apa bedanya ? padahal laki atau perempuan sama2 dikandung ibunya selama 9 bln, lalu keluar dan dibesarkan.
Begitulah satu demi satu adikku lahir ke dunia hingga sepuluh orang, tentu butuh dana yg banyak untuk menghidupi anak sebanyak itu. Kalau sedang musim tanam atau panen, kami sering ditinggalkan dirumah, dititipkan sama si ompungku. 
     Tetapi si ompung yg dititipi juga sibuk dengan bebek peliharan dan kebunnya. Diam2 kubawa adekku bersama sepupu lainnya, ke desa Simpang empat namanya, aku ingat kalau sawah kami tidak jauh dari sana, kami sampai di desa itu, lalu asyik bermain dengan anak2 kampung yang kebetulan semua masih ada hubungan keluarga.
     Saya fikir sudah  sore begini kok bapaku belum datang jemput ?...Hari mulai gelap kami ketiduran di rumah kakak ipar bapak yg sudah janda biasa kami panggil "Inang Tua".Begitu bapaku sampai di rumah, mereka kaget dan bingung karena anaknya tidak ada di rumah ? 
     Wah ... satu desa gempar . "anak2 hilang" katanya. Tanya si ompung dimana anak2 ? dia jawab "tidak tau ", mereka mengira kalau kami sudah dimakan harimau, karena saat itu kebetulan harimau banyak berkeliaran membunuh sapi.
     Saudara bapaku, yang punya rumah mengantarkan kami pulang, karena dia lihat kami sudah tertidur dirumahnya, setelah capek bermain, kami masuk ke rumahnya menunggu di jemput, biasa dulu rumah tidak pernah terkunci, lain dengan sekarang.
     Sesudah si ompung meninggal tak adalagi teman, mulailah ibu kami minta pindah ke kampung sebelah yg penduduknya lebih banyak, kebetulan ada rumah yang mau di jual, karena penghuninya pindah ke tempat yang lebih datar. 
     Kami sudah siap untuk meginap disana, bapak tidak mau sebenarnya, dia keberatan meninggalkan desa kelahirannya. Sapi dan kerbau masih tetap di desa kami, tiap pagi bapaku pulang untuk si sapi . Tapi semua ternak sapi dan kerbau sudah lari tidak di kandang nya lagi. Siapa yang buka ?.... 
     Semua heran, tidak pernah kejadian seperti itu. sesudah dicari ternyata kerbau sudah tidur2an dekat gereja adventis, mungkin mereka mau kegereja hahahhha. Tapi menurut datu bapakku tidak boleh pindah dari kampungnya. Kami balik kampung lagi seperti semula, sehat2 dan aman sampai aku pergi merantau .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar